Jumat, 22 Mei 2009

Jenis Makanan Untuk Menangkal Flu Babi

19.30 by Anak nongkrong · 0 komentar
Label:
Jumlah kasus flu babi di seluruh dunia terus bertambah. Sebelum vaksin diproduksi banyak hal bisa kita lakukan sebagai pencegahan. Seorang ahli gizi dan pengarang ternama memberikan tips pencegahannya melalui Jenis Makanan Untuk Menangkal Flu Babi.
Apa saja yang sebaiknya kita konsumsi?

Menanggapi kasus flu babi di seluruh dunia, Christine Avanti, seorang ahli gizi ternama dari Los Angeles memberikan info seputar makanan yang sepatutnya banyak dikonsumsi. Virus yang masuk ke dalam tubuh hanya bisa ditangkal dengan sistem kekebalan tubuh yang baik. "Kekebalan tubuh sangat berkaitan dengan makanan yang kita makan", demikian tutunya. Berikut ini Jenis Makanan Untuk Menangkal Flu Babi yang sebaiknya banyak dikonsumsi karena sangat baik untuk membangun kekebalan tubuh terhadap virus.

Wortel
Wortel yang berwarna oranye sangat baik karena kaya akan beta karoten. Beta karoten memiliki kekuatan dahsyat untuk memperkuat daya tahan tubuh melawan bakteri dan infeksi virus. Penelitian membuktikan makin banyak mengkonsumsi beta karoten, makin tinggi perkembangan sel kebal, termasuk sel pembunuh alami. Jika bosan dengan wortel Anda bisa mendapatkan beta karoten dari makanan lain seperti mangga, papaya, jeruk , melon dan sayuran berwarna hijau.

Jamur
Anda pasti senang jika mendengar bahwa saus jamur yang sering Anda tuangkan ke atas steak sebenarnya merupakan pemicu kekebalan tubuh yang bagus. Menurut riset terakhir, penambahan konsumsi jamur kancing atau champignon, akan meningkatkan sel pembunuh alami, yang meningkatkkan kekebalan tubuh.

Jus Delima
Salah satu alasan delima menjadi superfood karena mengandung antikoksidan untuk kekebalan tubuh. Antioksidan melindungi dan memperbaiki sel yang rusak karena radikal bebas, membuat tubuh Anda bisa terhindar dari infeksi termasuk flu. Delima juga memiliki kekuatan luar biasa untuk menangkal radikal bebas. Karena buah delima tidak tersedia sepanjang tahun, Anda bisa mengkonsumsi jus alami delima tanpa tambahan gula. Siperfood lainnya adalah blackberry, blueberry dan acai berry. Sebaiknya makan buah-buahan dalam keadaan segar tanpa dimasak.

Teh Hijau
Teh hijau sejak dulu dikenal sebagai minuman berkhasiat. Hal ini disebabkan suatu tipe antioksidan yang terkandung di dalam teh hijau bernama catechin. Catechin di dalam teh hijau disebut Epigallo Catechin Gallate (EGCG) yang bisa mendorong perkembangan sel kebal khusus. EGCG di dalam teh hijau dalam berbagai studi sudah terbukti memperlambat penyebaran virus. Komponen lain dalam teh hijau adalah L-theanine yang terbukti memperkuat respons kekebalan tubuh seperti yang terbukti dari riset yang dilakukan di Havard.

Yoghurt
Saat mengkonsumsi probiotik, bakteri hidup dalam yoghurt dan produk lain yang diperkaya oleh bakteri, langsung ada di dalam usus yang menjadi tempat 70%-80% sel kebal mengendap. Bakteri dalam mulut ditumpas ketika bertemu dengan bakteri sehat. Makanan yang kaya akan kultur bakteri hidup termasuk sauerkraut (acar kubis) dan yoghurt seperti Voskos. Biasanya kandungan bakteri tertera pada kemasan produk yoghurt. Mengingat saat ini banyak produk yoghurt di pasaran. Bisa juga mengkonsumsi suplemen probiotik.

Kini Anda bisa mengatur jenis makanan yang Anda makan tiap hari. Perbanyak makanan dengan bahan-bahan di atas agar sistem kekebalan tubuh menjadi lebih kuat. Segala jenis virus termasuk virus flu babi pun bisa ditangkal dengan baik oleh tubuh.

Jumat, 01 Mei 2009

Golput muncul sebagai bentuk protes

14.44 by Anak nongkrong · 0 komentar
Label:


Angka golput pemilu 2009 diperkirakan tertinggi sepanjang sejarah pemilu Indonesia. Bahkan diprediksi dapat mencapai 40 persen. Indikasinya, menurut Lingkaran Survey Nasional (LSN), rata-rata angka golput pilkada di beberapa provinsi mencapai 38 sampai 40 persen. Tak ada satu pun partai politik yang mampu memperoleh suara sebanyak itu. Itulah faktanya, golput “berhasil” memperoleh suara terbanyak dibandingkan perolehan suara partai politik.

Golput bukan hal yang baru. Sejarah golput dapat dikatakan seumur dengan pemilu itu sendiri. Sayangnya, meningkatnya angka golput disikapi oleh beberepa pihak secara apatis dan terkesan panik . Mungkin bingung dan khawatir. Golput dianggap sebagai sikap yang tidak bertanggung jawab sebagai warga negara. Golput juga dituding penyebab terpilihnya anggota legislatif dan presiden yang tidak mempunyai kapabilitas dan integritas. Golput tidak akan merubah keadaan Indonesia menjadi lebih baik. Golput dianggap pengecut maka tidak pantas hidup di Indonesia. Itu saja dianggap belum cukup, maka golput dibawa kedalam area agama dengan mengharamkannya. Duh!

Pada awalnya, Golput muncul sebagai bentuk protes sekelompok masyarakat dengan terhadap sistem pemilu. Kemudian melebar sebagai bentuk kekewaan terhadap keadaan Indonesia yang tidak kunjung membaik. Sebagai sebuah ekspresi silent protest terhadap perilaku para pemimpin yang tidak pantas diteladani. Wujud ketidakpuasan kebijakan dan tindakan pelaku pemerintahan yang tidak memihak kepentingan rakyat. Golput merupakan manifestasi bersuara rakyat dengan cara yang lain. Golput sebagai pilihan untuk tidak memilih pilihan yang tersedia.

Partisipasi dalam pemilu adalah hak setiap warga negara. Dan sebagai hak, setiap warga negara mempunyai kebebasan dalam menggunakan haknya tersebut. Selayaknya harus dihargai sebagaimana halnya menghargai pilihan warga negara lain dalam memilih partai politik. Menyikapi fenomena golput tidak cukup sekedar menyalahkan pihak yang golput. Mengatasi dan mengurangi golput sasarannya bukan hanya pihak yang golput saja. Melainkan juga pemicu golput itu sendiri. Mencari penyebab golput dan memilih solusi yang terbaik.


Warga negara yang mengambil sikap dengan kesadaran untuk memilih golput merupakan masyarakat yang mempunyai kemampuan analisa dan pertimbangan untuk bersikap. Sehingga tidak mempan hanya dengan anjuran, gertakan dan fatwa haram. Seperti yang dikatakan seorang kawan menyikapi fatwa haram bagi golput. Dia meminta agar ulama menfatwakan dahulu sistem pemerintahan dan ketatanegaraan Indonesia ini, apakah haram atau halal. Karena partisipasi pemilu hanyalah cabang dari sistem pemerintahan itu sendiri. Sementara sistem pemerintahan sebagai pokoknya tidak difatwakan apakah sesuai dengan syariah Islam.

Golput memang tidak menganulir hasil pemilu. Seberapapun besarnya golput, caleg atau capres yang memperoleh suara terbanyak akan memimpin negeri ini. Ada pengamat politik yang mengatakan kalau ingin merubah sistem masuklah dalam sistem itu sendiri. Jangan golput, karena itu berarti di luar sistem. Beberapa pendapat itu benar jika ditinjau dari legal formalnya.

Tetapi tidak pada substansinya. Faktanya, pemilu tahun 1999 dengan tingkat partisipasi yang tinggi pun, ternyata tak menghasilkan pemimpin negeri yang punya kapasitas dan integritas. Banyak anggota DPR dan DPRD yang berasal dari aktifis, kyai dan tokoh masyarakat pun mandul dan tak bernyali ketika sudah masuk ke dalam sistem itu. Tingginya golput semestinya ditangkap sebagai sebuah pesan oleh para pemimpin negeri, bahwa ada yang salah dan harus segera dibenahi di negeri ini.

Seorang kawan lain mengatakan golput merupakan tindakan bodoh. Sia-siakan kesempatakan sekali dalam 5 tahun. Bagaimana bangsa ini berubah ke arah lebih baik jika masih golput. Salah satu wartawan senior Harian Kompas mengatakan Pemilu 1999 merupakan masa pacaran antara pemilih dengan parpo, Pemilu 2004 masa perkawinan dan Pemilu 2009 mungkin saja masa perceraian antara pemilih dengan parpol. Jadi bisa jadi golput disebabkan pengkhianatan yang dilakukan oleh partai politik terhadap aspirasi rakyat.

Konon dalam atmosfir demokrasi berlaku asas Vox Populi Vox Dei, suara rakyat adalah suara Tuhan. Demikian agung dan bernilainya suara rakyat hingga disetarakan dengan suara Tuhan. Suara Tuhan yang disuarakan oleh rakyat itu berusaha disampaikan kepada wakil di DPR, DPD, DPRD, Presiden dan lembaga lainnya. Namun ternyata “suara tuhan” itu tidak disampaikan oleh para pengemban amanat suara rakyat itu. Wakil rakyat itu telah mengkhianati suara rakyat. Tidak lagi mengakui suara Tuhan.

Menyalahkan dan mengkambinghitamkan golput bukan tindakan yang lebih bijaksana dari golput itu sendiri. Tanpa instropeksi diri dan tindakan nyata terhadap pemicu dan penyebab golput itu sendiri. Golput juga bukan tindakan sia-sia, jika pemimpin yang terpilih nanti terbukti mempunyai hati nurani. Ketidakpedulian terhadap golput dan penyebabnya hanya memberikan justifikasi terhadap tindakan golput itu sendiri. Sebaliknya jika terbukti pemimpin, wakil rakyat dan pengemban amanat itu mempunyai hati nurani dan solusi, maka bisa jadi golput hanya tinggal mimpi.

Apapun pilihanmu dalam pemilu 2009 nanti, pilihlah dengan hati. Meskipun itu pilihan untuk tidak memilih. Golput muncul sebagai bentuk protes, hargai dan hormati sebagaimana golput menghargai pilihan terhadap kontestan pemilu.

virus Flu Babi dan Flu Monyet

14.35 by Anak nongkrong · 0 komentar
Label:

Uni Eropa mengajukan keberatan dengan penamaan flu babi (swine flu) untuk virus Flu Babi dan Flu Monyet yang saat ini sedang mewabah. Alasanya itu merugikan peternak bagi karena jatuhnya harga daging babi di pasaran. Bahkan WHO pun mengumumkan tidak lagi menggunakan istilah swine flu, melainkan sebagai virus “influensa A” (H1N1). Sebelumnya Amerika Serikat dan Israel bersikeras tidak menggunakan istrilah flu babi, melainkan flu H1N1 atau flu meksiko. Kedua negara mengungkapkan alasanya bahwa ini bukan penyakit yang ditularkan oleh makanan, tapi virus. Tidak tepat merujuknya sebagai flu babi.

Argumentasi dan alasan ilmiah itu perlu dibuktikan lebih lanjut. Sebagai orang awam, saya merasa heran. Ada kepentingan apa dibalik keberaratan pemakaian istilah flu babi itu? Apakah ini sekedar berkaitan dengan jenis hewan (babi, red) yang banyak dikonsumsi di dunia barat?. Ataukah ini ada indikasi ke arah keyakinan atau agama? Atau ini benar hanya masalah ilmiah saja?.

Sebelumnya, dunia heboh dengan kasus flu burung (avian flu) yang lebih mematikan dibandingkan dengan flu babi. Tetapi tidak ada keberatan dari negara-negara tersebut. Kalau dibandingkan, peternak unggas pun mengalami kerugian yang luar biasa. Dari sisi ilmiah pun itu juga disebabkan oleh virus, bukan unggas itu sendiri. Itu pun juga jenis virus influensa dari varian H5N1. Mengapa tidak ada desakan dari negara-negara tersebut untuk tidak mempopulerkan virus flu burung (avian flu)?

Sebagai orang awam, saya tidak peduli dengan penamaan atau penggunaan istilah untuk virus influensa. Misalnya saja dinamakan flu babi atau flu meksiko. Tapi memang perlu dijelaskan dengan lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan sekedar pertimbangan ekonomi apalagi faktor agama tertentu.

Di luar konteks ilmiah dalam penamaan virus influensa tersebut, saya berfikir mungkin nanti muncul virus flu lainnya. Setelah flu burung, dan flu babi, jangan-jangan akan muncul flu monyet, flu anjing dan lain sebagainya. Hal ini bukan suatu kemustahilan, jika melihat “kesaktian” virus influensa. Seakan mampu beradaptasi dengan tempat, waktu dan media pembiakan dan penularannya. Semoga saja kekhawatiran ini tidak terjadi.

Lagi-lagi ini di luar konteks. Dalam kaca mata metafora, andai benar tentang virus-virus flu tersebut seakan mencerminkan perilaku berpolitik negara kita. Flu burung menggambarkan dengan gampangnya politikus berpindah partai politik menjadi kutu loncat demi tujuan kekuasaanya tercapai. Tanpa peduli lagi ideologi dan platform partai. Intinya kepentingan pribadi dan golongannya tercapai. Flu babi menggambarkan betapa rakusnya nafsu mencaplok kekuasaan, jabatan dan harta bahkan dengan tanpa malu melakukan korupsi. Tanpa peduli sebagai wakil rakyat yang semestinya menyalurkan aspirasi dan memenuhi amanat rakyat. Dengan tanpa malu mengeruk harta negara demi kepentingan pribadi.

Dan jika ada Flu Monyet akan menggambarkan betapa liciknya perilaku politisi busuk. Saling menjegal, menfitnah, black campaign dan mengkhianati persabatan demi kekuasaan. Dan Flu Anjing, betapa menggambarkan “derajat” manusia rendah yang tanpa segan menggigit kawan maupun lawan. Bahkan untuk mencaci orang yang sangat dibencinya orang mencela dengan sebutan hewan ini. Ini menggambarkan betapa rendahnya perilaku, martabat dan harga dirinya.

Semoga saja kita terlindungi dari akibat yang lebih hebat dari virus Flu Babi dan Flu Monyet. Apalagi terhadap Flu Burung dan Flu Anjing, Na’udzubillahi min dzalik.


translate

Followers

shout box

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x