Jumat, 01 Mei 2009

virus Flu Babi dan Flu Monyet

14.35 by Anak nongkrong ·
Label:

Uni Eropa mengajukan keberatan dengan penamaan flu babi (swine flu) untuk virus Flu Babi dan Flu Monyet yang saat ini sedang mewabah. Alasanya itu merugikan peternak bagi karena jatuhnya harga daging babi di pasaran. Bahkan WHO pun mengumumkan tidak lagi menggunakan istilah swine flu, melainkan sebagai virus “influensa A” (H1N1). Sebelumnya Amerika Serikat dan Israel bersikeras tidak menggunakan istrilah flu babi, melainkan flu H1N1 atau flu meksiko. Kedua negara mengungkapkan alasanya bahwa ini bukan penyakit yang ditularkan oleh makanan, tapi virus. Tidak tepat merujuknya sebagai flu babi.

Argumentasi dan alasan ilmiah itu perlu dibuktikan lebih lanjut. Sebagai orang awam, saya merasa heran. Ada kepentingan apa dibalik keberaratan pemakaian istilah flu babi itu? Apakah ini sekedar berkaitan dengan jenis hewan (babi, red) yang banyak dikonsumsi di dunia barat?. Ataukah ini ada indikasi ke arah keyakinan atau agama? Atau ini benar hanya masalah ilmiah saja?.

Sebelumnya, dunia heboh dengan kasus flu burung (avian flu) yang lebih mematikan dibandingkan dengan flu babi. Tetapi tidak ada keberatan dari negara-negara tersebut. Kalau dibandingkan, peternak unggas pun mengalami kerugian yang luar biasa. Dari sisi ilmiah pun itu juga disebabkan oleh virus, bukan unggas itu sendiri. Itu pun juga jenis virus influensa dari varian H5N1. Mengapa tidak ada desakan dari negara-negara tersebut untuk tidak mempopulerkan virus flu burung (avian flu)?

Sebagai orang awam, saya tidak peduli dengan penamaan atau penggunaan istilah untuk virus influensa. Misalnya saja dinamakan flu babi atau flu meksiko. Tapi memang perlu dijelaskan dengan lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Bukan sekedar pertimbangan ekonomi apalagi faktor agama tertentu.

Di luar konteks ilmiah dalam penamaan virus influensa tersebut, saya berfikir mungkin nanti muncul virus flu lainnya. Setelah flu burung, dan flu babi, jangan-jangan akan muncul flu monyet, flu anjing dan lain sebagainya. Hal ini bukan suatu kemustahilan, jika melihat “kesaktian” virus influensa. Seakan mampu beradaptasi dengan tempat, waktu dan media pembiakan dan penularannya. Semoga saja kekhawatiran ini tidak terjadi.

Lagi-lagi ini di luar konteks. Dalam kaca mata metafora, andai benar tentang virus-virus flu tersebut seakan mencerminkan perilaku berpolitik negara kita. Flu burung menggambarkan dengan gampangnya politikus berpindah partai politik menjadi kutu loncat demi tujuan kekuasaanya tercapai. Tanpa peduli lagi ideologi dan platform partai. Intinya kepentingan pribadi dan golongannya tercapai. Flu babi menggambarkan betapa rakusnya nafsu mencaplok kekuasaan, jabatan dan harta bahkan dengan tanpa malu melakukan korupsi. Tanpa peduli sebagai wakil rakyat yang semestinya menyalurkan aspirasi dan memenuhi amanat rakyat. Dengan tanpa malu mengeruk harta negara demi kepentingan pribadi.

Dan jika ada Flu Monyet akan menggambarkan betapa liciknya perilaku politisi busuk. Saling menjegal, menfitnah, black campaign dan mengkhianati persabatan demi kekuasaan. Dan Flu Anjing, betapa menggambarkan “derajat” manusia rendah yang tanpa segan menggigit kawan maupun lawan. Bahkan untuk mencaci orang yang sangat dibencinya orang mencela dengan sebutan hewan ini. Ini menggambarkan betapa rendahnya perilaku, martabat dan harga dirinya.

Semoga saja kita terlindungi dari akibat yang lebih hebat dari virus Flu Babi dan Flu Monyet. Apalagi terhadap Flu Burung dan Flu Anjing, Na’udzubillahi min dzalik.


0 komentar:

Posting Komentar

translate

Followers

shout box

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x